Trenggono ungkap cita-cita Indonesia juara lobster di pasar global

Kita ingin jadi champion budi daya lobster, kita harus bisa jadi champion di budi daya lima komoditas utama atau lima komoditas strategis dalam 10,15, 20 atau 30 mendatang

Jakarta (ANTARA) – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, ia memiliki cita-cita Indonesia sebagai juara dalam budi daya lobster di pasar global.

 

“Kita ingin jadi champion budi daya lobster, kita harus bisa jadi champion di budi daya lima komoditas utama atau lima komoditas strategis dalam 10,15, 20 atau 30 mendatang,” ujar Trenggono dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

 

 

Dalam kurun waktu itu diharapkan Indonesia mampu melakukan riset sehingga komoditas unggulan yang dimiliki dapat menjuarai pasar global seperti halnya yang dilakukan Norwegia dalam mendongkrak komoditas unggulan berupa salmon.

 

 

“Kalau Norwegia 50 tahun bisa riset salmon tapi validasinya bisa puluhan miliar. Jadi kalau saya 15, 20 tahun mendatang kita bisa menguasai lima komoditi strategi tersebut menjadi champion artinya digawangi kementerian perikanan kita harus jagoan dan produsen yang sangat kuat,” ujarnya.

 

 

Adapun lima komoditas yang dia maksud meliputi udang, lobster, kepiting, nila atau tilapia serta rumput laut.

 

 

Untuk mendukung cita-cita itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan salah satunya telah menyiapkan aturan berupa Peraturan Menteri KP Nomor 7 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Lobster, Kepiting dan Rajungan yang diluncurkan pada Maret lalu.

 

 

Lebih lanjut, untuk memperkuat tata kelola lobster sehingga Indonesia masuk dalam rantai pasok global, pihaknya telah membuka pasar pemanfaatan benih bening lobster secara legal lewat kerja sama budi daya antar pemerintah negara (government to government atau g to g) dengan Vietnam.

 

 

“Roadmapnya adalah pasarnya saya buka tapi tidak bebas bukanya, pasarnya hanya Vietnam, dia nggak bisa kita tahan karena ilegal pasti jalan terus maka saya g to g melalui implementasi kita buka secara resmi tolong investor pembudidaya mereka mesti investasi di Indonesia,” ujarnya.

 

 

Kerja sama tersebut juga diharapkan mampu membendung penyelundupan BBL dari Indonesia ke Vietnam yang disebut Trenggono sebelumnya, memiliki kebutuhan sebesar 400-500 juta ekor BBL per tahun dengan kisaran harga 2 dolar AS per ekor BBL.

 

 

“Saya tidak yakin persis potensinya berapa, tapi waktu saya bicara sama menteri pertanian dan perikanan Vietnam, saya ndlosor istilahnya, ngeliat sendiri, itu dengar, kira-kira sekitar 400-500 juta bibit harganya sekitar 2 dolar AS,” katanya.

 

 

 

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *