Gaya Taylor Swift di Album The Tortured Poems Department Memukau Penggemar

Gaya Taylor Swift di Album The Tortured Poems Department Memukau Penggemar

LiputanWaktu.com Gaya Taylor Swift di Album The Tortured Poems Department Memukau Penggemar – Penyanyi pop terkenal, Taylor Swift, melangkah ke dalam babak baru dalam kariernya dengan merilis album terbarunya yang berjudul The Tortured Poems Department. Gaya yang dia usung dalam album ini menjadi sorotan utama bagi banyak orang. Di dunia maya, beredar beberapa spekulasi menarik mengenai makna dari gaun yang dia kenakan dalam promosi album ini.

Untuk memberikan konteks, sebelum merilis album ini, penyanyi berusia 34 tahun ini mempesona di karpet merah Grammy Awards 2024 dengan penampilan elegan dalam gaun hitam-putih karya Schiaparelli. Penampilannya itu tidak hanya mencerminkan atmosfer keseluruhan dari albumnya, tetapi juga mengungkapkan inspirasinya dari aktris Amerika era film bisu, Clara Bow.

Gaya Taylor Swift di The Tortured Poems Department

Gaya Taylor Swift di The Tortured Poems Department

Pada tanggal 19 April, yang sama ketika Taylor Swift merilis albumnya, akun Instagram @taylorswiftstyle yang dikelola oleh Sarah Chapelle, pertama kali memperlihatkan bahwa Swift mengenakan gaun sutra Lally romantis Khaite yang berwarna putih dalam visual Spotify untuk beberapa lagu.

Gaun tersebut menampilkan korset yang di-ruched dan rok asimetris yang melebar, terbuat dari bahan katun poplin yang berkualitas. Saat ini, gaun dengan harga sekitar US$3.200 tersebut telah terjual habis dalam berbagai ukuran, dan hanya warna hitam yang tersisa.

Deskripsi produk di situs Saks Fifth Avenue menggambarkan bahwa gaun tersebut merupakan bagian dari koleksi yang mencerminkan semangat perempuan New York yang mandiri dan kuat, yang merupakan nilai utama dari pendiri Khaite, Catherine Holstein. Dengan mempertimbangkan deskripsi tersebut, tidak mengherankan jika Swift memilih gaun itu untuk mewakili lagu-lagu seperti “But Daddy I Love Him,” “Robin,” “The Prophecy,” dan “Clara Bow,” yang semuanya menyuarakan pemberdayaan.

Namun, bukan hanya gaun tersebut yang menarik perhatian netizen. Gaya yang dipakai Taylor dalam video musik ‘Fortnight’ juga menimbulkan teori di dunia maya. Dalam video tersebut, Swift tampil dengan gaya Era Victoria, yang melambangkan Inggris pada tahun 1920-an, yang tampaknya memiliki makna mendalam terkait dengan perpisahannya dengan aktor Inggris Joe Alwyn.

Seorang penggemar di platform media sosial, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, membandingkan penampilan Swift dengan ‘gaun berkabung Victoria’. Menurut Metropolitan Museum of Art, pemakaian gaun ini umum pada masa pemerintahan Ratu Victoria dari tahun 1819 hingga 1901, dan menjadi tradisi untuk mengenakan pakaian berwarna hitam sebagai tanda berkabung atas orang yang meninggal.

Makna di Balik “The Tortured Poets Department”

Makna di Balik “The Tortured Poets Department”

Judul album “The Tortured Poets Department” tidak hanya sekadar sebuah nama; ia melambangkan lapisan-lapisan makna yang dalam. Dalam istilahnya, “tortured” (tersiksa) menggambarkan perjalanan emosional yang rumit dan terkadang menyakitkan yang telah dilalui oleh Taylor Swift dalam beberapa tahun terakhir. Ini adalah cerminan dari perjuangannya dengan sakit hati, kekecewaan, dan tantangan yang dihadapinya di sepanjang perjalanan hidupnya.

Di sisi lain, penggunaan kata “poets” (penyair) memperluas pandangan kita terhadap karya-karya Taylor. Penyair tidak hanya menciptakan karya yang indah, tetapi juga mampu mengekspresikan emosi dan pengalaman mereka dengan cara yang mendalam dan autentik. Dengan demikian, “poets” di sini merujuk pada kemampuan Taylor untuk merangkai kata-kata dan melodi menjadi karya seni yang menggetarkan hati.

Album ini, “The Tortured Poets Department”, bukanlah semata sebuah koleksi lagu-lagu. Ia adalah sebuah pernyataan seni yang berani dan penuh eksperimen dari Taylor Swift. Dengan setiap lagu, Swift mengeksplorasi nuansa baru dalam musiknya, menantang dirinya sendiri serta para penggemarnya untuk mengambil perjalanan emosional yang mendalam. Ini adalah langkah maju yang menarik dari seorang artis yang selalu siap untuk memperluas batas-batas kreativitasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *