Saat penayangan perdananya, di Gandaria City, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, “Abigail” menyajikan deretan aksi horor menegangkan, saat peristiwa penculikan terjadi. Berlatar sebuah rumah di perdesaan terpencil, “Abigail” menceritakan tentang sekelompok penculik yang didalangi pria bernama Lambert (Giancarlo Esposito).
Kelompok penculik itu terdiri dari enam orang, yakni Joey (Melissa Barrera), Frank (Dan Steven), Rickles (William Catlett), Sammy (Kathryn Newton), Peter (Kevin Durand), dan Dean (mendiang Angus Cloud).
Mereka ditugaskan oleh Lambert untuk menculik seorang gadis kecil bernama Abigail (Alisha Weir) agar mendapat uang tebusan dalam jumlah besar dari orang tua Abigail.
Abigail merupakan anak dari seorang pria kaya yang belum diketahui identitasnya, sekaligus penari balet cilik yang sangat berbakat. Nahas, ketika hendak pulang ke rumahnya, Abigail langsung diculik oleh kawanan penjahat tersebut dan dikurung dalam sebuah rumah di kawasan terpencil.
Selama 24 jam penuh, kawanan penculik itu harus bertahan dan berusaha agar persembunyian mereka tidak tercium oleh orang tua Abigail. Selain itu, mereka tidak boleh mengungkapkan nama dan identitas asli mereka satu sama lain, termasuk bertanya soal latar belakang Abigail.
Sesaat, keenam kawanan penculik itu menganggap tugas membawa kabur dan menjaga Abigail selama 24 jam adalah hal mudah. Mereka pun mengobrol, bermain, dan melakukan aktivitas menyenangkan lainnya, tanpa mengetahui deretan kejadian berbahaya yang akan mengubah kehidupan mereka 180 derajat.
Lambat laun, keenam kawanan penculik itu pun mengetahui latar belakang Abigail dan mulai merasa khawatir akan keselamatan mereka. Terlebih, Abigail ternyata bukan sosok gadis kecil biasa, melainkan gadis setengah vampir yang telah menunjukkan “kebuasan” dirinya dan dapat membahayakan nyawa mereka, kapan pun.
Akankah para penculik itu berhasil menyelesaikan tantangan waktu selama 24 jam untuk menculik Abigail? Apakah mereka juga berhasil bertahan hidup dari kebuasan Abigail?
Komedi segar
Berbeda dari film horor pada umumnya, “Abigail” dengan tegas menyematkan komedi-horor sebagai genre film yang dianutnya. Selain menyajikan adegan horor yang menegangkan, sadis, dan penuh amarah, film ini juga menyelipkan sisi komedi menarik di dalamnya.
Dalam sejumlah adegan, sutradara dan penulis film ini dengan cerdas memasukkan unsur komedi, sesuai dengan porsinya, misalnya, saat adegan bertarung dimulai, kawanan penculik itu kerap melontarkan celotehan lucu dan mengandung sarkasme di dalamnya.
Tidak sedikit adegan percakapan dalam film “Abigail” juga membahas sedikit tentang stigma pekerjaan, orang tua, hingga kondisi sosial yang banyak terjadi saat ini. Penonton pun dapat melepaskan penat sejenak, setelah melihat adegan-adegan intens di film “Abigail”, karena ungkapan lucu yang dilontarkan para pemain.
Selain adegan komedi yang cukup banyak, film ini juga menyorot bagaimana para penculik berusaha keluar dari jerat masalah yang mereka timbulkan sendiri.
Dari sini, penonton akan diperlihatkan bagaimana sifat mengerikan manusia sesungguhnya, mulai dari ketamakan, kemarahan, kebohongan, hingga sisi terdalam mereka yang sulit dibayangkan sebelumnya.
Sayangnya, selama 15 menit pertama film “Abigail” diputar, penyajian masalah awal di film ini terasa lama dan sedikit bertele-tele. Penonton pun harus bersabar, setelah 15 menit pertama, karena adegan-adegan seru berikutnya telah menunggu untuk ditonton.
Namun, film “Abigail” hanya diperuntukkan bagi penonton berusia 17 tahun ke atas. Selain itu, penonton dengan riwayat penyakit jantung, trauma, dan gangguan kesehatan yang dapat ter-trigger adegan mengagetkan atau sadis, disarankan untuk tidak menonton film ini.
Mitos vampir
Sedikit klise, tetapi juga tidak. Begitulah penggambaran film “Abigail”, setelah mendengar sinopsis utama film yang mengisahkan tentang sosok vampir.
Dualisme ciamik dari Alisha Weir sebagai Abigail turut memikat penonton karena aktingnya yang luar biasa. Dari luar, Abigail terlihat sebagai sosok balerina kecil yang manis, lucu, dan menggemaskan layaknya sang peri.
Namun, sisi dalam Abigail yang tidak lain adalah setengah vampir berhasil membuat penonton takut setengah mati. Di bagian ini, Weir berhasil menggambarkan transisi sifat Abigail saat menjadi manusia maupun saat menjadi vampir.
Beberapa mitos seputar vampir juga dihadirkan dalam film ini, antara lain ketakutan vampir dengan bawang putih, sinar Matahari, tanda salip, dan lainnya.
Metode-metode pengusiran vampir tersebut tidak serta-merata “menjiplak” utuh dari mitos atau cerita yang sudah ada. Lagi-lagi, penulis dan sutradara melakukan sejumlah modifikasi agar film “Abigail” terasa lebih menarik.
Penonton pun tidak akan bosan dengan berbagai adegan di dalamnya karena telah dimodifikasi sedemikian rupa. Selain itu, penonton akan dibuat tercengang dengan bentuk bangunan unik dan rahasia pelik dari rumah tempat persembunyian para penculik.
Jangan lupakan sentuhan gothic-horor dari paduan balet, vampir, dan dunia gelap yang dihadirkan film “Abigail”. Vampir dikenal sebagai makhluk elegan, mewah, angkuh, dan memiliki rasa seni yang tinggi.
Penggambaran Abigail di film ini pun cukup mengamini stigma dari vampir tersebut. Penonton juga akan disuguhi keanggunan Abigail saat menari balet dalam versi manusia dan versi vampir.
Pesan kasih
Selain membahas penculikan, vampir, dan peristiwa berdarah lainnya, “Abigail” juga menyuguhkan pesan mendalam untuk orang tua dan anak-anak mereka. Meskipun Abigail memiliki darah vampir, kenyataannya dia hanyalah sosok gadis cilik yang masih membutuhkan kasih sayang orang tuanya.
Alih-alih takut, saat diculik, Abigail berhasil menjalin hubungan emosional dengan salah satu anggota dari kawanan penculik itu. Di antara banyaknya adegan menengangkan, sadis, dan lucu, adegan emosional Abigail dan sang penculik pun menjadi salah satu momen berarti di film ini.
“Sebelum terlambat, tolong ungkapkan rasa sayangmu padanya!” merupakan salah satu percakapan menarik antara Abigail dan sang penculik.
Untuk level komedi-horor, film “Abigail” boleh dikatakan sebagai salah satu proyek yang cukup berhasil dan layak ditonton oleh pencinta film di Indonesia. Film “Abigail” sudah dapat disaksikan di seluruh bioskop Indonesia.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024