General Manager PLN UIW NTT, I Gede Agung Sindu Putra ke para wartawan di Kupang, Jumat mengatakan pencapaian tersebut terlihat pada realisasi pemakaian biomassa PLTU Bolok Triwulan 1 tahun 2024 sebesar 879 ton dan menghasilkan energi sebesar 894 MWh Green dibandingkan pemakaian pada Triwulan 1 Tahun 2023 sebesar 82 ton dengan energi 77 MWh Green.
“PLTU Bolok, salah satu PLTU di Pulau Timor, telah mencapai langkah penting dalam upayanya meningkatkan penggunaan energi terbarukan dengan komitmen untuk menerapkan teknologi yang ramah lingkungan,” katanya.
Baca juga: KSP apresiasi pelibatan masyarakat dalam pengembangan biomassa PLN
I Gede Agung Sindu Putra menegaskan PLN terus berupaya untuk meningkatkan bauran energi terbarukan dengan campuran batubara dan biomassa pada pembakaran PLTU.
Ia menjelaskan bahwa pemanfaatan biomassa di PLTU Bolok melalui teknologi co-firing menjadi salah satu strategi penting dalam transisi energi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
“Co-firing adalah teknologi pembakaran campuran batubara dan biomassa untuk menghasilkan energi listrik di PLTU,” ujar Sindu.
Ia menambahkan sejak tahun 2022 hingga 2023, PLTU Bolok telah menggunakan 2.719,53 ton Woodchip sebagai bahan baku Cofiring.
Untuk tahun 2024, target pemakaian Biomassa sebesar 1.649,9 ton untuk mencapai 1.689,68 MWh Green atau meningkat 10 persen dari tahun 2023. Namun jika melihat realisasi triwulan 1 tahun 2024 diatas, target tersebut menjadi mungkin diraih PLN NTT.
Baca juga: OASA bangun pabrik biomassa di Blora libatkan masyarakat
Manajer Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Timor Ismanta, menilai peningkatan pemakaian biomassa PLTU Bolok tidak terlepas dari usaha-usaha yang telah dikerjakan.
Ia menjelaskan bahwa pihaknya melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemakaian biomassa woodchip dalam proses cofiring untuk mencapai target energi bersih. Langkah-langkah yang diambil seperti pembaharuan kontrak penyediaan bahan baku woodchip, penambahan shelter untuk pengelolaan woodchip dan kontiunitas cofiring dari tiga persen menjadi lima persen.
“Hal ini memberikan dampak signifikan pada maksimalnya penggunaan biomassa dalam produksi listrik di PLTU Bolok,” terang Ismanta.
Pengembangan hutan energi juga dilakukan guna menyediakan bahan baku biomassa. Hal ini terbukti pada Tahun 2022, PLN UIW NTT menyalurkan bantuan sebanyak 40.000 bibit pohon lamtoro untuk mendukung pengembangan hutan energi di Desa Oetuke melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Pengembangan hutan energi tersebut juga berpotensi besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar baik yang ikut bekerja menyiapkan bahan baku untuk co-firing maupun memanfaatkan pakan untuk usaha peternakan
PLTU Bolok ujar dia berkomitmen untuk terus meningkatkan penggunaan biomassa secara bertahap, dengan proyeksi target mix biomassa meningkat hingga 20 persen dari tahun 2025 hingga 2027.
Harapannya, pencapaian ini akan memberikan inspirasi bagi pembangkit listrik lainnya untuk mengadopsi teknologi yang serupa, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024