“Kita mulai perbaiki kelemahan program ini dari tahun 2016, sejak 2019 dengan pendampingan Puskesmas, kita mendapat pengalaman baru untuk membangkitkan gairah anak-anak mengonsumsi TTD,” kata Kepala Sekolah MTs Ma’arif Sidaraja Agus Nurdin Rudiana di Sumedang, Jawa Barat, Senin.
Agus mengatakan pemberian TTD pada remaja putri secara rutin diberikan setiap hari Selasa pada jam pertama pembelajaran. Obat yang diberikan akan dipastikan diminum oleh para kader dan kemudian dicatat melalui Google Sheet yang bakal dikirim ke Puskesmas.
Baca juga: BKKBN beri tablet tambah darah pada 3.000 siswa SMK dan edukasi anemia
Sebelumnya, program tersebut diakuinya sempat mendapatkan penolakan baik dari para siswa maupun orang tua murid. Remaja putri berpendapat bahwa obat tersebut akan memberikan efek samping berupa menambah berat badan, beberapa di antaranya bahkan menyatakan tidak bisa meminum TTD karena tidak bisa menelan obat tanpa memakai pisang atau menggerus obat.
Sedangkan dari sisi orang tua, penolakan terjadi karena minimnya edukasi dan khawatir akan adanya dampak buruk pada anak mereka.
Namun, kata Agus, dengan sosialisasi yang masif dari bagian kesiswaan dan Puskesmas, kendala itu secara perlahan dapat teratasi. Sekolah juga rutin melakukan dokumentasi supaya remaja putri semangat untuk melawan anemia dan stunting.
Baca juga: Kemenkes: Tablet tambah darah cegah bayi lahir prematur dan stunting
Wakil Kepala Bagian Kesiswaan MTs Ma’arif Sidaraja Irma Frimasari menjelaskan sejumlah bentuk sosialisasi yang dia berikan pada remaja putri adalah menekankan pentingnya sarapan sebelum mengonsumsi TTD.
Ia juga mematahkan asumsi TTD membuat gemuk dan menjelaskan obat itu justru bisa mendatangkan manfaat bagi para remaja putri karena kandungan zat besinya yang dapat mencegah anemia akibat kadar hemoglobin (Hb) yang rendah.
“Saya selalu bilang ke anak-anak, nak, stunting itu tidak bisa dicegah, tapi anemia bisa dicegah,” katanya.
Hal yang sama juga sudah ia sampaikan pada orang tua yang hadir di pertemuan sekolah. Bedanya, ia menambahkan kalau anemia tidak hanya berdampak bagi kesehatan remaja putri tetapi juga menurunkan konsentrasi mereka saat belajar.
Baca juga: Kemenkes: Konsumsi tablet tambah darah cegah stunting sejak remaja
Berkat kolaborasi bersama Puskesmas, kini orang tua bisa mendukung program tersebut. Beberapa di antaranya bahkan berinisiatif membawakan buah-buahan untuk dijadikan rujak, agar asupan gizi anak makin terpenuhi.
Hal tersebut dibenarkan oleh siswi kelas 9 Intan Nur Aulia yang mengaku merasa jauh lebih sehat dan fokus mengikuti pembelajaran.
Selain itu melalui edukasi yang guru dan Puskesmas berikan, ia semakin yakin bahwa pemberian TTD akan membantunya untuk tidak melahirkan generasi stunting. Menurutnya, baik anemia atau stunting sama-sama mengerikan bagi hidup perempuan di masa depan.
Baca juga: Gubernur Sumbar bagikan tablet tambah darah bagi siswi MAN
“Awalnya itu memang merasa mual, tapi lama kelamaan kan tubuh membiasakan diri, sekolah juga sudah beri tahu orang tua manfaatnya, jadi enggak apa-apa kalau minum TTD,” kata Intan.
Siswi kelas 9 lainnya, Alipfia Nuraini juga menimpali bila pemberian TTD tetap berjalan meski sekolah sedang diliburkan.
“Sebelum libur obat itu sudah dibagikan ke kami, nanti ada dokumentasi pribadi begitu (dari rumah), jadi bisa tetap laporan kalau sudah diminum obatnya,” ujar dia.
Baca juga: TP-PKK Ambon inisiasi sekolah kampanye minum tablet tambah darah
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024