“Masalahnya itu ada di pola pikir usaha mikro yang merasa sudah cukup. Karena, awal berbisnisnya hanya untuk menghidupi keluarga,” kata Teten pada acara Forum Pendampingan Usaha Mikro Mandiri di Bogor, Rabu, dikutip dari siaran pers Kemenkop UKM.
Teten mengakui masih ada kendala yang dihadapi para pelaku usaha mikro untuk tumbuh, seperti kesulitan mengakses pasar, bahan baku, hingga akses ke teknologi.
Ia mengatakan bahwa banyak peluang dan kesempatan bagi pelaku usaha mikro untuk berkembang. Ia mencontohkan usaha mikro di Jepang yang sukses membangun produk oleh-oleh khas negaranya dengan kemasan super cantik.
Oleh karena itu, program pendampingan pelaku usaha mikro ini, menurutnya, harus dilanjutkan dengan memadukan dan memperkaya pola atau strategi yang terintegrasi ke depan.
Baca juga: Pelaku UMKM Aceh diminta cantumkan label harga permudah tamu PON XXI
Menkop UKM berharap ke depan UMKM berbasis kewirausahaan akan menumbuhkan ekonomi baru di subsektor UMKM, tidak hanya kuliner, fesyen, kriya, tetapi juga UMKM di bidang jasa dan digital, seperti game, aplikasi, film, musik, dan fotografi.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM Yulius menjelaskan program pendampingan usaha mikro mandiri ini bertujuan untuk memberikan akses dan ruang bagi pelaku usaha mikro dalam meningkatkan keahlian serta kemampuan kompetensi kewirausahaan dan manajemen, termasuk akses untuk sertifikasi produk, seperti sertifikasi halal, SPP-PIRT, dan HKI hingga akses perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.
Kedua, menyediakan wadah untuk memamerkan produk unggulan dan jejaring pasar bagi peserta. Ketiga, meningkatkan komitmen dan sinergi berbagai pihak dalam program pendampingan berkelanjutan bagi pelaku usaha mikro.
Yulius menyebut pada tahun ini Kemenkop UKM akan menggandeng dua perguruan tinggi untuk melanjutkan program tersebut, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gajah Mada (UGM).
“Kami berharap ekosistem pendampingan usaha mikro semakin kuat dan berkembang untuk menumbuhkan ekonomi baru dan juga usaha mikro yang naik kelas, mandiri, juga berkelanjutan,” kata Yulius.
Yulius menyampaikan program pendampingan usaha mikro mandiri pada 2023 menunjukkan bahwa 36 persen peserta program naik omzetnya, 28 persen mengalami kenaikan aset, dan 23 persen bertambah tenaga kerjanya.
“Selain itu, program ini juga menghubungkan peserta dengan akses pemasaran ke agregator, seperti Evermos, Transmart, Yomart, Krisna, dan Hamzah Batik,” ucap Yulius.
Baca juga: Wapres promosikan keripik ikan UMKM di sela kunjungan kerja di Sulbar
Baca juga: Menkop UKM berharap aturan impor tak menyulitkan pelaku usaha UMKM
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024