Melihat peran penting jasa logistik dalam layanan belanja daring

Jakarta (ANTARA) – Jasa logistik memainkan peran penting dalam penyelenggaraan layanan belanja daring di tengah peningkatan tren belanja daring melalui platform e-commerce.

Menurut Asosiasi Pengusaha Logistik eCommerce (APLE), peran jasa logistik makin vital belakangan ini.

Seperti diketahui, hampir seluruh pemain e-commerce di Indonesia menyediakan layanan jasa pengiriman barang dari berbagai perusahaan ekspedisi atau pengiriman barang ekspres.

Berbagai diskon hingga insentif promosi gratis ongkir menjadi pemikat orang dalam berbelanja.

Maka, tak heran jika yang paling banyak dicari orang saat berbelanja online adalah adanya promosi gratis ongkir di platform layanan belanja daring.

“Di dalam dunia e-commerce memang banyak sekali promo-promo atau upaya meningkatkan layanan dan kemudahan agar transaksi terus berjalan. Hal ini dikarenakan tolak ukur performance dari sebuah platform adalah GMV (Gross Merchandise Value), yaitu jumlah transaksi dan growth-nya sehingga upaya aktif menjaga agar transaksi berjalan terus, dan salah satunya memberikan layanan antar yang menarik dan terjangkau,” kata Ketua Umum APLE Sonny Harsono ketika menyampaikan pandangannya kepada media belum lama ini.

Platform layanan belanja daring seperti Blibli, Lazada, Shopee, dan Tokopedia menggunakan strategi yang sama untuk menggaet pengguna.

Dalam menyediakan jasa layanan antar barang, platform memungkinkan pengguna memilih jasa kurir yang akan dipakai berdasarkan waktu pengiriman, bukan berdasarkan siapa perusahaan ekspedisi pengirim.

Bila ditelusuri satu per satu, tidak ada satupun e-commerce yang mencantumkan nama perusahaan pengirim (jasa logistik) pada bagian check out barang sebelum transaksi dilakukan. Semua e-commerce hanya menampilkan informasi berupa kategori layanan antar seperti reguler, same day, instant, kargo, dan lainnya.

Layanan itu juga hanya menampilkan perkiraan waktu kedatangan barang kiriman dan ongkosnya. ​​​​​​​

Praktik semacam ini juga dilakukan oleh raksasa e-commerce dunia, Amazon.​​​​​​​

 

Opsi pengiriman barang dalam aplikasi Shopee. (ANTARA/Fitra Ashari)

Dalam hal menggunakan layanan pengantaran barang, bisa dikatakan bahwa konsumen umumnya lebih mementingkan kecepatan barang kiriman tiba dan adanya insentif biaya pengiriman.

Di Tokopedia demikian. Begitu juga di Shopee, Blibli, Lazada, dan Tiktok Shop.

Pengguna platform belanja daring, setelah memilih barang yang ingin dibeli selanjutnya akan memilih jasa pengiriman barang berdasarkan kategori layanan.

Kategori layanan dapat mencakup layanan antar paling cepat, ekonomi, atau standar yang memungkinkan konsumen mendapatkan gratis ongkos kirim alias ongkir.

Oleh karena itu, Sonny mengemukakan bahwa dugaan monopoli perusahaan e-commerce yang belakangan muncul perlu dipelajari lebih lanjut.

Fakta di lapangan menunjukkan, semua pemain e-commerce hanya menggunakan teknik promosi pemasaran silang platform dengan jasa kurir yang terafiliasi. Hampir semua platform e-commerce juga tetap memberikan ruang bagi jasa logistik lain.

Dengan kata lain, pengguna dan konsumen yang akhirnya akan menentukan pilihan jasa kurir yang dinilai paling tepat buat mereka.

“Harus diperhatikan agar bisnis e-commerce yang sifatnya sedikit berbeda dengan bisnis konvensional pada umumnya dapat dijadikan pertimbangan utama agar asas fairness dan competitiveness dari industri digital tetap tumbuh dan tidak dirugikan,” kata Sonny.

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *