Kekuatan mereka pincang karena sebagian pemain andalan absen, termasuk Justin Hubner dan kapten tim Rizky Ridho yang terkena larangan bermain akibat kartu merah pada lawa semifinal Piala Asia U23 2024 melawan Uzbekistan.
Andai pemain-pemain itu tampil dalam pertandingan playoff guna memperebutkan satu tempat tersisa untuk mengikuti Olimpiade Paris 2024 itu, mungkin cerita Garuda Muda akan lain.
Mereka pun gagal mengantarkan sepak bola Indonesia tampil kembali dalam Olimpiade sejak Olimpiade 1956 di Melbourne. Tetapi Garuda Muda telah memberikan teladan dan menancapkan tonggak untuk tampil dalam kompetisi level atas. Dua atau empat tahun ini mereka bisa menjadi yang jauh lebih kuat.
Di atas itu semua, mencapai semifinal Piala Asia U23 dalam kesempatan pertama mengikuti turnamen itu adalah pengalaman langka yang hanya tim-tim besar yang bisa melakukannya.
Bahkan Uzbekistan pun baru tahun ini lolos Olimpiade, padahal tim Asia Tengah itu adalah juara Piala Asia U23 pada 2018, peringkat keempat 2020 dan runner up 2022. Baru tahun ini mereka bisa merasakan atmosfer Olimpiade setelah menjadi runner up 2024.
Dari Uzbekistan kita mendapatkan pelajaran bahwa perlu proses yang bisa memakan waktu lama agar bisa sampai dalam ajang-ajang besar seperti Olimpiade.
Bahkan Uzbekistan tidak langsung mencapai babak penting kompetisi dalam kesempatan pertamanya mengikuti Piala Asia U23, tak seperti dilakukan Garuda Muda pada 2024.
Uzbekistan mesti terlebih dahulu melalui dua kegagalan pada 2013 dan 2016, sebelum bisa melewati fase grup Piala Asia U23 pada 2018, yang akhirnya mereka juarai.
Apa yang dialami Indonesia saat ini juga pernah dialami Uzbekistan pada 2020 ketika mereka gagal mengikuti Olimpiade Tokyo 2020, walau masuk empat besar Piala Asia U23 tapi tak menjadi peringkat ketiga turnamen itu.
Baca juga: Shin Tae-yong cemaskan kekuatan lini belakang Indonesia U-23
Baca juga: Dikalahkan Guinea, timnas Indonesia gagal amankan tiket ke Olimpiade
Selanjutnya: Melewati ekspektasi
Copyright © ANTARA 2024