Komandan Satuan Tugas Latma Malindo Jaya 27AB/24, yang juga Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letnan Kolonel Laut (P) Lustia Budi menjelaskan konvoi dua kapal perang Indonesia menjalankan peran jaga perang selama melintasi Laut Sulu untuk mengantisipasi serangan tidak terduga, termasuk dari kelompok teroris Abu Sayyaf Group.
“Setiap enam jam diberlakukan kesiapsiagaan tempur dari masing-masing kapal, sensor early warning radar (radar peringatan dini) MW 08 dengan bantuan LIROD (lightweight radar/optronic director) mendeteksi kontak permukaan (surface) dan udara (air), membantu pertahanan konvoi kapal dari kemungkinan serangan kelompok Abu Sayyaf Group yang terkenal sebagai teroris di Laut Sulu,” kata Lustia sebagaimana dikutip dari siaran resmi Pusat Penerangan TNI dan Dinas Penerangan Komando Armada II TNI Angkatan Laut yang dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.
Dua kapal perang Indonesia itu masuk Laut Sulu sejak Sabtu (22/6) setelah berlayar dari Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis (20/6).
Laut Sulu merupakan perairan yang masuk wilayah perbatasan Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Laut Sulu selama beberapa dekade menjadi perairan rawan karena kerap menjadi daerah operasi kelompok teroris jaringan Abu Sayyaf Group dan perompak.
Baca juga: TNI AL kerahkan 2 kapal perang untuk Latma Malindo Jaya di Kinabalu
Walaupun demikian, Pemerintah Filipina pada tahun 2023 mengumumkan wilayah Sulu terbebas dari kelompok teroris Abu Sayyaf setelah adanya aksi menyerahkan diri besar-besaran dari anggotanya.
Kemudian, Pemerintah Filipina pada tahun 2024 mengumumkan kelompok teroris Abu Sayyaf, yang terafiliasi Al Qaeda dan IS, bubar, terutama setelah tewasnya beberapa orang kuat organisasi itu dalam baku tembak dengan aparat Filipina.
Terlepas dari itu, Dansatgas Latma Malindo Jaya 27AB/24 mengatakan konvoi dua KRI di Laut Sulu tetap mewaspadai serangan-serangan yang mungkin terjadi, termasuk dari anggota Abu Sayyaf yang tersisa.
“Kami tetap mengantisipasi kemungkinan adanya serangan yang tidak terduga,” kata Lustia Budi.
Dalam peran jaga perang, dua kapal perang Indonesia itu tidak hanya mengaktifkan sistem peringatan dini terhadap potensi serangan dari udara dan dari permukaan, tetapi juga mengerahkan prajurit TNI Angkatan Laut dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) untuk siaga.
Prajurit-prajurit itu siaga menggunakan alat pelindung dan persenjataan lengkap, termasuk di antaranya senapan serbu Dassan DSAR-15P dan HK-417.
TNI Angkatan Laut mengirimkan KRI Frans Kaisiepo dan KRI Sampari yang mengangkut total 220 prajurit untuk mengikuti Latma Malindo Jaya 27AB/24 di Kinabalu pada akhir Juni 2024.
Baca juga: KRI FKO-368 mantapkan persiapan Malindo Jaya saat berlayar ke Kinabalu
Dua kapal itu memulai pelayarannya ke Kinabalu dari Dermaga Koarmada II, Ujung, Surabaya, Jawa Timur, pada 14 Juni 2024.
Dalam konvoi itu, ada juga satu helikopter Panther HS-1311 yang juga ikut Latma Malindo Jaya 27AB/24.
Sementara itu, Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) menyiapkan dua kapal perang, yaitu KD Selangor dan KD Sundang, serta helikopter HOM AW 139, dan pasukan khusus dari Pasukan Khas Laut (Paskal) TLDM.
Latma Malindo Jaya merupakan latihan yang rutin digelar oleh angkatan laut dua negara untuk meningkatkan kesiapan tempur di laut, sekaligus menjalin interoperabilitas yang lebih baik dalam menjaga keamanan di laut terutama di daerah perairan perbatasan.
Indonesia dan Malaysia berbagi wilayah perairan di beberapa perairan rawan, di antaranya Selat Malaka, Laut China Selatan, dan Laut Sulu.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2024