Executive Producer film “Harta Tahta Raisa” Ernest Prakasa mengatakan Imajinari sebagai rumah produksi memberanikan diri membuat film dokumenter karena melibatkan orang-orang yang sudah paham dengan industri musik dan memiliki semangat atau passion di sana.
“Buat mereka ini sesuatu yang sangat passion banget jadi bukan cuma sesuatu yang baru buat Imajinari tapi sesuatu yang menyenangkan pastinya buat semua yang terlibat,” kata Ernest dalam konferensi pers film “Harta Tahta Raisa” di Jakarta, Kamis.
Ernest mengatakan sangat beruntung bisa melibatkan orang-orang kreatif yang memang memahami dunia musik seperti Soleh Solihun yang memiliki latar belakang sebagai jurnalis musik, dan rekannya di Imajinari Dipa Andika yang menyukai konser musik.
Ia juga mengatakan kesempatan untuk menggarap film dokumenter menjadi sesuatu yang menarik karena ingin mengeksplorasi genre yang tidak biasa.
Ia juga tidak ingin mempersempit minat penonton dengan hanya membuat genre ‘aman’. Terbukti dari film Imajinari sebelumnya yaitu “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film” sukses menggaet ratusan ribu penonton pada penayangan sebelumnya.
“Sukses untuk sebuah projek yang di luar pakem itu lebih memuaskan karena kita nggak tahu formulanya terjamin aman,” katanya.
Senada dengan Ernest, Dipa Andika menyebut dengan pembuatan film dokumenter merupakan peluang terbaik yang bisa diambil.
Proyek yang dikerjakan hampir dua tahun dengan genre yang baru ini membuat mereka tidak ingin gegabah mengambil risiko yang tinggi dan dikerjakan semampunya, karena jika gagal, Dipa mengatakan setidaknya sudah mencoba.
“Kadang buat orang lebih sulit mau mencoba jadi buat kita kalau pun setelah mencoba amit-amit nggak berhasil penyesalannya at least kita sudah mencoba,” kata Dipa.
Film dokumenter “Harta Tahta Raisa” diproduksi oleh Imajinari dan Juni Records disutradarai oleh Soleh Solihun dan diproduseri oleh Adryanto Pratono (Boim) yang menceritakan kehidupan penyanyi Raisa sebagai musisi dan juga menceritakan kehidupannya sebagai ibu dan istri.
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024