“Iya (beda). Aedes agypty itu air bersih di dalam ruangan/tidak terkena paparan matahari langsung, albopictus di luar ruangan air bersih,” kata Octoviana melalui pesan singkat kepada wartawan di Jakarta, Jumat.
Kepala Puskesmas Kecamatan Pademangan Jakarta Utara itu menjelaskan, nyamuk aedes aegypti diketahui senang dengan tempat yang lembab untuk bersarang, dan bertelur.
“Nyamuk ini juga diketahui sering berada di bak mandi, talang air, hingga vas bunga dalam rumah,” ujarnya menambahkan.
Selain itu, nyamuk aedes aegypti juga dapat bersembunyi di kolong tempat tidur, atau ruangan lain yang minim cahaya. Sementara nyamuk aedes albopictus diketahui lebih menyukai berada di luar ruangan.
Sesuai namanya, nyamuk aedes albopictus sering didapati di area kebun atau pinggir hutan karena dekat dengan tempat mencari makan. Ketika masih berada di masa stadium telur, larva dan pupa dari nyamuk aedes albopictus hidup di air yang tidak terkena sinar matahari.
Oleh karena itu, cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghindari gigitan nyamuk tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi populasi nyamuk dengan pemberantasan sarangnya.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) biasa disebut dengan 3M Plus, dengan menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk yang membawa virus DBD pada manusia.
Selanjutnya, meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah yang tertutup, menabur racikan ekstrak yang spesifik untuk membunuh larva seperti larvasida pada penampungan air yang susah untuk dikuras dan memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.
Gejala DBD apa saja yang perlu diwaspadai, menurut dr Octoviana, adalah gejala demam tinggi, kepala pusing, selain demam dikhawatirkan ada pendarahan seperti mimisan dan bercak-bercak pada lengan.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024