Menjadi warga senior yang mandiri paripurna

Jakarta (ANTARA) – Indonesia, melalui UU No.13 Tahun 1998, memosisikan warga negara yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas dalam kategori lanjut usia. Meskipun demikian, tidak semua orang senang dengan panggilan tersebut, apalagi disebut manula, tua, atau jompo, yang identik dengan kesan tidak berdaya dan lemah.

Sebagian orang yang berusia 60 tahun ke atas lebih suka dengan panggilan “warga senior” (senior citizen) yang lebih keren dan terkesan berdaya, masih enerjik dan tetap produktif.

Bagi sebagian orang, masa lanjut usia menjadi waktu yang dinanti-nanti untuk melepaskan diri dari rutinitas pekerjaan, pengasuhan, kemudian menjadi periode kehidupan dengan minat baru, menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang terkasih atau menemukan kembali minat lama.

Penuaan penduduk adalah pergeseran distribusi penduduk suatu negara menuju usia yang lebih tua. Penuaan penduduk merupakan fenomena global yang terjadi ketika umur median penduduk dari suatu wilayah atau negara mengalami peningkatan yang disebabkan oleh bertambahnya tingkat harapan hidup atau menurunnya tingkat kelahiran dan kematian.

Penuaan penduduk ditandai dengan semakin meningkatnya proporsi penduduk usia lanjut (lansia) dan biasanya digambarkan dengan perubahan struktur piramida penduduk dari piramida penduduk muda menjadi piramida penduduk tua.

World Population Prospect 2019 menyatakan pada tahun 2050 diperkirakan satu dari enam orang di dunia akan berusia di atas 65 tahun. Kawasan yang jumlah penduduknya berusia 65 tahun atau lebih diperkirakan akan meningkat dua kali lipat antara tahun 2019 dan 2050, yaitu di Afrika Utara dan Asia Barat, Asia Tengah dan Selatan, Asia Timur dan Tenggara, serta Amerika Latin dan Karibia.

Pada tahun 2050, satu dari empat orang yang tinggal di Eropa dan Amerika Utara mungkin berusia 65 tahun ke atas. Berdasarkan data yang sama, Indonesia pada tahun 2050 diperkirakan akan terdapat 52,5 juta penduduk umur 65 tahun ke atas, meningkat lebih dari 3 kali lipat dibanding kondisi pada tahun 2020 sebesar 17,1 juta.

Laporan tersebut juga menegaskan bahwa populasi dunia semakin menua karena meningkatnya angka harapan hidup dan menurunnya tingkat kesuburan, dan jumlah negara yang mengalami penurunan jumlah populasi pun semakin bertambah.

Perubahan yang terjadi pada jumlah, komposisi dan distribusi populasi dunia mempunyai konsekuensi penting terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu target yang disepakati secara global untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi dan kesejahteraan sosial, sekaligus melindungi lingkungan.

Jeanette Leardi, ahli gerontologi sosial dan pendidik komunitas berbasis di Oregon mengatakan ada beberapa perspektif yang perlu dipertimbangkan mengenai kapan atau bagaimana seseorang memperoleh status lansia.

Konsep kewarganegaraan senior dapat didekati dengan memperhitungkan usia kronologis, atau usia biologis seseorang. Mereka juga dapat dinilai berdasarkan asumsi tentang apa yang dapat dan mampu dilakukan seseorang untuk menjaga diri sendiri secara efektif.

Interaksi sosial

Banyak orang cenderung takut memasuki usia tua karena masyarakat sering tidak menganggap pencapaian usia lanjut sebagai sebuah prestasi. Karena ketika memasuki tahap lanjut dari proses kehidupan tersebut, terjadi penurunan kemampuan tubuh dan perubahan psiko-emosional.

Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Tara de Thouars, BA, M.Psi memberikan kiat bagi anak-anak menghadapi orang tua yang sudah lanjut usia berdasarkan emosi yang dominan dari dirinya, seperti cemas, sedih, dan sering marah.

Stres merupakan hal normal yang dialami seseorang seiring berbagai perubahan, semisal fisik, sehingga mungkin belum tentu semua orang dan lansia bisa menerima perubahan kondisi itu dengan baik.

Seseorang bisa merasa frustrasi ketika tidak lagi bisa melakukan aktivitas fisik yang bisa mereka lakukan waktu muda. Untuk itu sangat penting bagi seseorang yang memasuki usia lanjut untuk tetap aktif sambil menjaga interaksi sosialnya.

Salah satu yang bisa dilakukan warga senior agar bahagia adalah dengan terus melakukan hobi atau mempelajari hal baru yang dapat merangsang kemampuan kognisi, sehingga dapat mendukung kesehatan mental.

Fisik yang sehat dan motivasi diri yang baik, tidak menjadikan persoalan usia menjadi halangan untuk tetap produktif dan berkarya. Berkaca ke negara tetangga Singapura yang sejak lama memperkerjakan warga senior mereka sebagai tenaga kerja di restoran cepat saji (hawker center), cleaning service di fasilitas umum hingga bandara, dan sebagai karyawan toko.

Alasan warga senior di Singapura bekerja paruh waktu, karena mereka menjadikan tempat kerja sebagai tempat bersosialisasi, sekaligus melatih fisik dan mental para lansia.

Pemerintah Singapura juga mendukung hal tersebut dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan dan pelatihan-pelatihan khusus secara gratis.

Pemerintah Singapura pada Juli 2022 menaikkan usia pensiun menjadi 63 tahun dan usia bekerja kembali bagi pensiunan menjadi 68 tahun. Perubahan ini merupakan bagian dari proses berkelanjutan yang akan menjadikan usia pensiun dan usia bekerja kembali di negara tersebut pada tahun 2030, masing-masing akan mencapai usia 65 tahun dan 70 tahun.

Bagaimana dengan Indonesia?. Pemerintah Indonesia menyiapkan program dan pelayanan bagi lansia di bawah pengelolaan sejumlah instansi terkait, antara lain Kemenko PMK, Kementerian Sosial, BKKBN, dengan fokus pada upaya memberikan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan di masa tua mereka.

Pemerintah menginginkan agar lansia melewati masa penuaan yang sehat dan bahagia, dengan merancang program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) untuk mewujudkan lansia sejahtera, bermartabat, dan bahagia sejak dini. Upaya itu, antara lain dengan membuat program jaminan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan NonTunai (BPNT), jaminan pensiun, dan jaminan kesehatan.

Selain itu, pemerintah mengaktifkan balai-balai sosial dan kesehatan yang bisa memenuhi kebutuhan lansia, sementara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan Sekolah Lanjut Usia untuk membangun persepsi mengenai belajar sepanjang hayat bagi para warga senior di Indonesia.

Saat ini kurang lebih ada 400 Sekolah Lansia yang tersebar di seluruh Indonesia. Di tahun 2024, BKKBN menargetkan setiap kota/kabupaten ada satu Sekolah Lansia, sehingga akan berdiri kurang lebih sebanyak 350 Sekolah Lansia yang baru.

Sekolah Lansia merupakan model pendidikan nonformal yang menerapkan kurikulum terpadu, dengan memanfaatkan latihan, permainan, dan senam untuk memberikan pengetahuan kepada peserta bagaimana menjaga kemandirian dan mencegah penyakit degeneratif.

Kepedulian terhadap warga senior telah dirintis pihak swasta dengan membuka lowongan kerja bagi lansia sebagai tenaga kerja di restoran dan kafe yang menjadi jaringan usaha kelompok restoran dan kafe tersebut.

Para karyawan lansia yang diterima akan bekerja selama lima hari dalam sepekan sebagai server. Seorang server bertugas menerima pesanan dari pelanggan dan menyajikan hidangan dengan keramahan dan senyuman.

Terkait jam kerja para karyawan lansia hanya empat jam, dengan satu jam istirahat. Selain jadwal kerja yang fleksibel, karyawan lansia juga akan mendapatkan beberapa manfaat lainnya, seperti gaji bulanan dan akses ke layanan katering karyawan.

Terobosan dengan membuka lapangan kerja bagi warga berusia di atas 60 tahun itu sempat meramaikan dunia maya dan mendapat tanggapan positif dari masyarakat, dengan harapan langkah tersebut dapat diikuti perusahaan-perusahaan lain di Indonesia.

Menjadi tua itu pasti, namun seseorang dapat membingkai ulang istilah senior sebagai hal yang baik apabila dirinya dapat memosisikan penuaan dan senioritas dalam sudut pandang lebih positif, yakni tetap kreatif dan produktif di usia senior.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *