Meneladani peran Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat, lansia yang memimpin sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tangal 29 Mei 1945. Sebagai anggota paling sepuh (kala itu berusia 66 tahun), dokter Keraton Solo itu dengan kearifannya mencetuskan gagasan perlunya dasar filosofis negara Indonesia. Berangkat dari sosok dialah di kemudian zaman dicanangkan peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) oleh Presiden Soeharto pada tanggal 29 Mei 1996 di Semarang.
Tahun 2024, puncak perayaan Hari Lansia berlangsung hari ini (29 Mei) di Aceh Utara dengan mengusung tema “Lansia Terawat Indonesia Bermartabat” yang dihadiri Menteri Sosial Tri Rismaharini. Pada acara itu, sebanyak 27 kecamatan di Aceh Utara dan beberapa titik di seluruh Indonesia terhubung melalui telekonferensi.
“HLUN kali ini berkomitmen untuk memberikan penghidupan yang layak dan meningkatkan kesejahteraan lansia,” kata Mensos Risma.
Kementerian Sosial telah menggelar serangkaian kegiatan sejak awal Mei dengan beragam program yang langsung menyentuh kebutuhan para lansia.
Dari sektor layanan kesehatan dilaksanakan operasi katarak, donor darah, dan pemeriksaan kesehatan gratis. Kemudian bersama Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kemensos juga menyediakan layanan perekaman KTP elektronik dan kartu keluarga bagi lansia.
Menurut Mensos, layanan tersebut memungkinkan perekaman dari pintu ke pintu (door to door) bagi lansia yang tidak bisa datang ke lokasi perekaman.
Kementerian Sosial juga memfasilitasi isbat nikah dan pembuatan akta nikah lansia. Tidak sampai di situ, aksesibilitas lansia pun ditingkatkan dengan penyaluran alat bantu seperti kacamata, alat bantu dengar, tongkat adaptif dan kursi roda.
Kepada mereka yang masuk kategori lansia potensial, Kemensos telah memberikan pelatihan, pameran hasil karya, dan pemberian bantuan modal usaha. Adapula program Rumah Sejahtera Terpadu (RST) dengan membangun kembali rumah lansia yang tidak layak huni.
Mengurai begitu banyaknya program sosial yang ditujukan bagi lansia, bisa dikatakan lansia di Indonesia termasuk golongan yang berlimpah perhatian.
Bahkan kehadiran Negara ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan, dimana pemerintah memberikan perhatian khusus kepada Lanjut Usia. Mandat Peraturan Presiden tersebut ditujukan kepada Kementerian/Lembaga untuk mewujudkan Lanjut Usia Sejahtera, Mandiri, dan Bermartabat, sebagaimana dituangkan dalam tema peringatan HLUN tahun ini.
Bila masa itu tiba
Ketika kelak kita berjumpa dengan masa tua jangan sampai memanen banyak penyesalan oleh sebab minimnya persiapan. Doktor Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fahruddin Faiz mengingatkan bahwa “Waktu adalah sumber daya yang tidak dapat diperbarui”, karenanya jika disia-siakan akan banyak kesempatan terlewatkan.”
Saat tua semestinya menjadi masa paling bahagia karena sebagian besar tanggung jawab kehidupan telah tertunaikan sehingga tinggal menikmati kelegaan hati dan bisa hidup santai.
Untuk menjadi lansia idaman, sehat, sejahtera, makin berguna tentu memerlukan perjuangan panjang semasa muda. Berikut di antara sejumlah persiapan yang dapat dilakukan:
1. Alur waktu. Buatlah semacam jadwal kehidupan dari tahun ke tahun atau bisa meminjam konsep “Pelita” (Pembangunan Lima Tahun) ala zaman orde baru yang bisa kita ubah menjadi Proyek Lima Tahunan. Setiap lima tahun susun satuan perencanaan yang harus dikerjakan dan tentukan tenggat waktunya, maksimal di akhir periode semua rencana telah terlaksana.
Semisal, dalam lima tahun ini akan mendirikan bangunan rumah pintar di tahun pertama, kemudian membuat yayasan sosial, tahun ketiga membuka sekolah gratis, lantas membangun website pada tahun berikutnya, dan menerbitkan buku di akhir Pelita. Anda sudah bisa mulai menyusun rancangan Pelita sejak mulai bekerja dan memperoleh penghasilan.
2. Gaya hidup. Terapkan gaya hidup sehat sedari muda karena kesehatan adalah investasi termahal dalam kehidupan. Bayangkan, apa gunanya hidup bergelimang harta bila anda penyakitan, bisa jadi harta terkuras habis untuk biaya pengobatan, dan tak ada yang bisa dinikmati jika badan digerogoti penyakit.
Kemudian jalankan pola hidup hemat dengan membelanjakan uang secara bertanggung jawab, biar pun anda memiliki kekayaan berlimpah. Gaya hidup hemat lebih menjanjikan kesejahteraan berkelanjutan, sementara hidup berfoya-foya berpotensi mengantarkan anda sejengkal lebih dekat dengan kebangkrutan.
3. Pendidikan dan tata nilai. Bekali dirimu dengan pendidikan yang baik dan terus meningkatkannya seiring usia, karena proses belajar tak kenal selesai atas alasan umur. Setelahnya, pastikan keturunanmu mengenyam pendidikan yang jauh lebih baik darimu. Sebab apa, karena tantangan zaman di masa depan jauh lebih keras ketimbang di zamanmu saat ini. Membekali mereka dengan pendidikan berkualitas untuk menjaganya agar nanti tidak mengalami keterbelakangan peradaban.
Yang tak kalah penting dari pendidikan adalah penanaman nilai. Setidaknya ada tiga nilai utama yang perlu ditanamkan kepada anak cucu atau anggota keluarga yakni: nilai agama, nilai moral, dan nilai sosial budaya. Dengan memberikan pedoman hidup pada segenap anggota keluarga, akan membuat mereka senantiasa berjalan pada lintasan yang benar, memiliki kesalehan dalam kehidupan spiritual, dan beradab dalam kehidupan sosial. Kelak ketika anda lansia akan bahagia menyaksikan anak keturunan semua hidup rukun, minim konflik, tidak rebutan harta warisan. Upayakan tidak meninggalkan generasi yang bertikai.
4. Kelola utang. Bila terpaksa memiliki utang, terlebih dulu pilihlah lembaga kreditur yang kredibel. Hitung dengan cermat besaran dan skema bunga serta tenornya. Pastikan mengambil utang hanya untuk kebutuhan primer (tempat tinggal, kendaraan) dan produktif (modal usaha). Tetapkan tenor dengan mempertimbangkan usia saat mengambil kredit dan akan lunas di umur tertentu. Upayakan mengambil utang/kredit selama usia produktif, dan telah lunas sebelum masa pensiun. Jangan sampai mewarisi keluarga dengan beban utang.
5. Warisan. Pikirkan warisan berharga yang ingin ditinggalkan bagi keturunan atau generasi berikutnya, lalu mengumpulkan upaya untuk mewujudkannya. Warisan, tidak selalu berupa harta benda, justru kita bisa memberi peninggalan yang lebih berharga dari itu. Semisal mewariskan sebuah yayasan sosial yang memiliki konsen menebar kebajikan pada alam dan sesama, niscaya menjadi amal jariyah sepanjang waktu.
Bermartabat
Seperti menjadi permakluman bersama bahwa sosok lansia itu tidak berdaya karena renta dan dihinggapi sejumlah penyakit yang kadang disebut “penyakit tua” disertai kepikunan, yang lantas menjadi beban tanggung jawab anggota keluarga, lingkungan sekitar hingga Dinas Sosial.
Beruntung bila anggota keluarga memiliki kesadaran dan kesabaran untuk merawatnya dengan tulus, jika tidak si lansia bisa hidup merana terlunta-lunta. Drama masa tua itu tentu dapat diantisipasi sejak muda, dengan perencanaan yang matang.
Tetap aktif berkarya hingga usia tua akan merawat kesehatan otak dan mental serta mengurangi potensi kepikunan. Terus berkarya dan berkegiatan produktif juga bisa menimbulkan perasaan berharga sehingga tidak mudah tersinggung — seperti lazimnya lansia– akibat menganggap diri tidak berguna lagi.
Idealnya, manula adalah golongan manusia yang telah memiliki segalanya karena tahap kehidupannya hampir mencapai paripurna. Mereka mempunyai segudang pengetahuan dan pengalaman melalui perjalanan panjang pelajaran hidup yang telah dikumpulkan. Jika “kekayaan” itu didukung oleh raga yang prima maka menjadilah ia lansia penuh kebijaksanaan, sumber petuah bagi generasi di bawahnya.
Alih-alih menjadi beban, keberadaannya bagai guru besar kehidupan yang menebar kebermanfaatan bagi lebih banyak orang dibanding saat muda. Begitulah semestinya manusia lanjut usia menjelma, menjadi tua yang bermartabat.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024