Buddha ajarkan jaga kerukunan lewat Saraniya Dhamma Sutta

Jakarta (ANTARA) – Pemuka agama Buddha Bhante Dhammavuddho menyatakan bahwa Sang Buddha mengajarkan umatnya untuk selalu menjaga kedamaian dan kerukunan beragama lewat Saraniya Dhamma sutta yang mengandung enam nilai kehidupan.

“Itu bertujuan sebenarnya untuk merekatkan hubungan interaktif daripada agama ini. Jadi di agama Buddha sendiri juga sama. Kita tetap mengajarkan pada umat bahwa kita harus senantiasa berbuat baik kepada sesama,” kata Bhante Dhammavuddho di Jakarta, Kamis.

Bhante menuturkan Sang Buddha selalu mengajarkan umatnya untuk memberikan cinta kasih tanpa dasar pada sesama salam rangka mewujudkan kerukunan dan kedamaian.

Baca juga: Perayaan Waisak 2024, 40 Bhikkhu Thudong dilepas di TMII

Baca juga: Kemenkumham beri remisi khusus Waisak 2024 ke 1.168 narapidana

Dalam ajaran Saraniya Dhamma Sutta, hal pertama yang ditekankan adalah menyebarkan cinta kasih melalui perbuatan (Mettakaya Kamma).

Dalam rangka merayakan Hari Tri Suci Waisak 2568 BE yang bertemakan “Untuk Hidup Bahagia sebagai Makhluk dan Manusia, Marilah Kita Meningkatkan Kesadaran yang Diajarkan oleh Sang Buddha, Hindarilah Keserakahan Duniawi, Kebodohan, Kemarahan, dan Kebencian”, umat Buddha akan menggelar acara bakti sosial di sekitar Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah dan mengajak masyarakat untuk berbagi pada kelompok yang membutuhkan.

“Kegiatan Waisak tahun ini kita ada bakti sosial, sekitar 8.000 orang dan itu bukan kita yang memilih, tetapi semua umat yang berada di daerah Borobudur yang beragama Buddha maupun tidak tentunya kita akan bantu seperti itu,” kata Bhante Dhammavuddho.

Kedua ada menyebarkan cinta kasih melalui ucapan (Mettavaci Kamma). Dimana tiap ucapan yang disampaikan oleh umat tidak boleh mencela atau menyakiti perasaan sesama baik di depan maupun di belakang orang yang bersangkutan.

Nilai ketiga adalah menyebarkan cinta kasih dari pikiran (Mettamano Kamma). Kemudian yang keempat ada selalu berbagi pada sesama (Sadharanaboghi).

Sebagai contoh baru-baru ini, pada saat bulan puasa terjadi “perang takjil” antar umat muslim dengan non-islam, namun di sisi lain kedua belah pihak menjadikan momen tersebut sebagai hal positif untuk mempererat kerukunan bahkan dijadikan waktu untuk saling berbagi.

Bhante melanjutkan nilai kelima adalah menjalankan kehidupan yang bermoral (Silaamannata), yang artinya setiap umat tidak diperbolehkan untuk saling mencela dan menghindari perbuatan-perbuatan tidak baik seperti ingin orang lain menderita atau membunuh hingga melanggengkan korupsi demi kebahagiaan pribadi.

Terakhir, Bhante menjelaskan Buddha mengajarkan bahwa kehidupan harus dilandaskan dengan pedoman pandangan akan kebenaran yang sama (Ditthisamannata).

“Jadi yang patut kita sadari sebagai manusia adalah bahwa kehidupan ini adalah kita sebagai manusia memiliki sifat keserakahan, kita punya kebencian, kita juga menyadari bahwa kita punya kebodohan. Tiga hal ini adalah hal yang membuat kita sering suffering atau menderita,” ujar Bhante.

Baca juga: Biksu harap Waisak 2024 bawa kedamaian bagi seluruh umat beragama

Baca juga: Wali Kota: Semarang memiliki sejarah panjang penyebaran agama Buddha

Baca juga: Menparekraf: Penginapan sekitar Borobudur mayoritas telah dipesan

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *