“Kita lagi ajukan ke regulator. Kita baru ajukan tahun ini, sudah masuk dalam rencana bisnis bank,” kata Oktavia Laksmi Wardani di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa pihaknya sedang mengembangkan sistem yang mumpuni sebelum merilis produk tersebut karena BNPL merupakan layanan keuangan yang berbeda dari bank konvensional.
“Semoga tahun ini live ya, karena itu (layanan BNPL) kan sesuatu yang amat berbeda dari core capability banking saat ini,” ujarnya.
Oktavia menyampaikan bahwa produk BNPL tersebut merupakan pelengkap portofolio produk yang ditawarkan perseroan agar dapat menambah jumlah nasabah dan menjangkau pengguna secara lebih luas.
Namun, menurutnya, terdapat banyak risiko dan permasalahan terkait penyelenggaraan BNPL, sehingga pihaknya pun berupaya untuk memitigasi berbagai risiko tersebut.
Baca juga: Bank Sampoerna perkuat literasi keuangan melalui festival musik
Selain memitigasi risiko, ia menyatakan bahwa pihaknya juga berusaha untuk mengembangkan layanan paylater yang lebih baik dibandingkan layanan serupa yang telah ada agar produk tersebut dapat diterima oleh pasar nantinya.
“Harapannya walaupun kami bukan pionir (dalam layanan BNPL), kami masih bisa taping market dengan produk yang lebih bagus,” ucap Oktavia.
Corporate Communications and Investor Relations Head Bank Sampoerna Ridy Sudarma menuturkan bahwa alasan pihaknya mengembangkan layanan paylater adalah karena adanya permintaan dari pasar.
“Permintaan jelas ada. Permintaan yang genuine, dalam arti memang pengguna ada kemampuan untuk membayar dan memang ada kebutuhan, itu yang coba kami layani,” imbuh Ridy.
Baca juga: Bank Sampoerna salurkan kredit Rp11,6 triliun di kuartal I 2024
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024