“Bung Salim itu sahabat Arifin C. Noer ya, dari mereka mahasiswa di Jogja,” kata Jajang di rumah duka, Kecamatan Jatinegara, Jakarta, Minggu.
Ia juga mengenang almarhum sebagai saksi pernikahan dari anaknya.
“Dia juga jadi saksi anak saya menikah, yang laki-laki, itu kira-kira 11 tahun yang lalu. Bung Salim lah saya minta sebagai saksi. Jadi, ada kedekatan ya,” ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa almarhum merupakan orang baik, pintar, dan tampan, serta memiliki pemikiran dan hati nurani yang baik.
Sementara itu, ia menyebut telah lama bertemu dengan almarhum. Namun, ia masih sempat menghubungi almarhum melalui aplikasi pesan instan, WhatsApp.
“Sudah lama sekali, tahun lalu. Dia masih WhatsApp selamat hari raya karena saya WhatsApp dia selamat puasa, maaf lahir batin, terus dia WhatsApp selamat hari raya itu beberapa hari sebelum dia masuk rumah sakit itu. Nah di rumah sakit sempat menengok, tetapi dia sudah enggak sadar,” kenangnya.
Prof. Salim Said semasa hidupnya merupakan tokoh pers dan perfilman Indonesia, akademisi, cendekiawan, duta besar RI, anggota Badan Pekerja MPR (BP-MPR), penulis buku, dan pengamat militer.
Prof. Salim wafat pada usianya ke-80 tahun di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada hari Sabtu (18/5) pukul 19.33 WIB.
Kabar meninggalnya mendiang Salim Said disampaikan pertama kali oleh istrinya, Herawaty.
Baca juga: Jenazah Salim Said selesai dimakamkan di TPU Tanah Kusir
Baca juga: Sosok Salim Said bagi Idrus Marham dan Niniek L. Karim
Baca juga: Keluarga: Salim Said dimakamkan setelah salat zuhur
Baca juga: Tokoh Pers Prof. Salim Said meninggal dunia
Pewarta: Rio Feisal
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024
