“Karena memang, kita kalau mau jadi negara maju harus menguasai pasar dunia. Apalagi ini baja, (produk) UMKM (yang diekspor) saja kita bangga, apalagi ini termasuk industri berteknologi tinggi,” ucap Zulkifli Hasan dalam pernyataannya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia mencatat bahwa permintaan produk baja dari para importir di Kanada dan Australia terus meningkat dalam lima tahun terakhir, masing-masing sebesar 16,94 persen dan 14,72 persen.
Mengingat Indonesia banyak mengimpor produk dari Australia dan Kanada sehingga membuat neraca dagang Indonesia terhadap kedua negara defisit, Zulkifli pun berharap ekspor produk baja lapis tersebut dapat mengurangi defisit perdagangan.
Ia mengatakan bahwa pemerintah akan terus mendorong perluasan akses pasar produk Indonesia ke Australia dan Kanada, salah satunya dengan penyusunan perjanjian dagang.
Indonesia telah memiliki perjanjian dagang Indonesia-Australia CEPA, sementara perjanjian dagang Indonesia-Canada CEPA saat ini masih dalam tahap perundingan.
Baca juga: Kemendag sebut kinerja ekspor Mei 2024 menguat di seluruh sektor
Ia pun mengapresiasi PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) sebagai produsen dan eksportir produk baja lapis tersebut karena telah memanfaatkan peluang dan diversifikasi pasar ekspor serta menerapkan prinsip industri hijau dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing produk mereka.
“Mudah-mudahan ini memberikan tanda-tanda bahwa cita-cita kita ingin menjadi negara maju pada tahun 2045 bisa kita capai,” ujarnya.
Vice President Operations PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi menyatakan bahwa dukungan pemerintah, perlindungan terhadap industri domestik, restrukturisasi industri keberlanjutan, serta inovasi dan adaptasi merupakan beberapa faktor pendorong pencapaian ekspor perusahaan yang baru berdiri pada 2019 lalu tersebut.
Ia menuturkan bahwa saat ini pihaknya baru dapat melakukan produksi sebesar 85 persen dari kapasitas dan 30 persen dari hasil produksi tersebut ditujukan untuk ekspor.
“Kontribusi penjualan ekspor adalah 25 persen hingga 30 persen dari total revenue. Hal ini membuktikan bahwa kualitas dan harga yang kami berikan kepada pasar global diterima dengan baik,” imbuhnya.
Pelepasan ekspor produk baja lapis tersebut dilaksanakan di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (21/6), usai Mendag berdialog bersama para pelaku UMKM lokal di Galeri Menong, Purwakarta.
Baca juga: Kemendag “perangi” munculnya keramik impor
Baca juga: Mendag lepas ekspor produk furniture senilai hampir 500 ribu dolar AS
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024