Hal itu bisa dibuktikan setiap akhir pekan dalam ajang Car Free Day di Gelora Bung Karno (GBK) Istora yang jelas-jelas membutuhkan mobile kuliner atau portable warung yang menyediakan makanan bagi masyarakat yang berolahraga setiap akhir pekan.
Hampir sulit untuk membangun kawasan kuliner baru di daerah sepadat jantung ibu kota kawasan Sudirman-Thamrin, namun dengan food truck hal itu bisa teratasi.
Berkat food truck, kawasan GBK bukan hanya menjadi pusat kegiatan olahraga dan hiburan di Jakarta, tetapi setiap Sabtu dan Minggu, area ini juga berubah menjadi surga kuliner bagi para pecinta makanan.
Diperkirakan puluhan ribu pengunjung memadati GBK setiap Sabtu dan Minggu, menikmati beragam sajian dari food truck yang berjejer di sekitar lokasi. Lebih dari itu, food truck seakan menjadi daya tarik wisata kuliner baru.
Food truck semakin populer karena menawarkan kemudahan akses dan mobilitas dalam berjualan serta menyediakan inovasi kuliner yang unik.
Fleksibilitas dalam mengubah menu dan kemampuannya beradaptasi dengan tren pasar juga menjadi keunggulan, ditambah dengan biaya operasional yang cenderung lebih rendah dibandingkan restoran tetap.
Interaksi personal antara pemilik food truck dan pelanggan juga meningkatkan nilai tambah dalam membangun loyalitas konsumen, sesuai dengan tren dan gaya hidup untuk mencari pengalaman kuliner praktis dan menarik.
Food truck di GBK menawarkan beragam sajian mulai dari kebab, kopi, hingga makanan berat lainnya seperti nasi goreng, burger, hingga makanan ala Korea, Jepang, dan sebagainya.
Setiap pekannya, menu yang disajikan oleh para pemilik bisnis food truck diatur agar beragam dan bervariasi serta menarik bagi pengunjung.
“Kami selalu mencoba untuk menghadirkan variasi menu yang baru setiap minggunya,” ujar Saiful, salah satu pemilik food truck.
Tujuannya jelas, tentu agar pengunjung tidak bosan dan selalu menemukan sesuatu yang baru untuk dicoba.
Saiful berbagi cerita tentang bisnis kulinernya yang ia sebut selalu siap melayani pengunjung GBK setiap Sabtu dan Minggu, kecuali ada event khusus yang membatasi akses dan undangan untuk event lainnya.
Umumnya para pelaku bisnis ini membuka usahanya dari jam 7 pagi hingga jam 9 malam. Waktu tersibuk biasanya di pagi hari antara jam 7 hingga 10 pagi dan sore hari mulai jam 16 hingga 17.00.
Jam operasional yang panjang ini memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk menikmati kuliner kapan saja selama mereka berada di kawasan GBK.
Intan, seorang pengunjung setia GBK, menceritakan pengalaman yang selalu secara sengaja ke GBK untuk wisata kuliner . “Setiap akhir pekan, saya dan keluarga selalu menyempatkan diri ke GBK. Kami suka sekali mencoba berbagai makanan dari food truck setelah berolahraga. Suasananya menyenangkan dan makanannya enak-enak,” kata Intan.
“Anak-anak saya sangat suka kebab, sementara suami saya penggemar kopi dari salah satu truk di sini.”
Testimoni ini menunjukkan bahwa food truck di GBK tidak hanya menarik bagi individu, tetapi juga menjadi pilihan keluarga untuk menghabiskan waktu bersama.
Selain di GBK, food truck Saiful dan rekannya yang lain juga sering diundang untuk acara-acara khusus, baik melalui kenalan, tawaran, maupun undangan resmi.
Food truck ini sering hadir di berbagai acara seperti festival musik, pameran, dan acara komunitas lainnya.
“Kami sering diundang untuk acara-acara di luar GBK, seperti festival musik atau pameran besar di Jakarta. Ini membantu kami memperluas jangkauan dan mengenalkan makanan kami ke lebih banyak orang,” jelas Saiful.
Dalam praktiknya food truck yang dikelola secara independen dan ada yang berada di bawah manajemen tertentu yang mengatur jadwal dan lokasi operasional mereka.
Komunitas Food Truck
Komunitas food truck di Jakarta menyebar di berbagai lokasi dan sebagian dari mereka juga aktif di media sosial, sering berbagi informasi, tips, dan peluang kolaborasi untuk meningkatkan bisnis mereka.
Komunitas food truck umumnya sangat aktif di media sosial. Dari situ mereka selalu update tentang lokasi dan menu apa saja yang ditawarkan setiap eventnya, serta berinteraksi dengan pelanggan setia masing-masing.
Faktanya memang media sosial yang menjadi kekuatan komunitas food truck dan rupanya memainkan peran penting dalam mempromosikan food truck, menginformasikan pengunjung tentang lokasi dan menu terbaru, serta membangun komunitas yang solid di antara pemilik dan pelanggan food truck.
Mickey, Manager Food Truck “Abang Turki” mengatakan bahwa menjalankan bisnis foodtruck memiliki tantangan tersendiri.
“Tantangan kami adalah mencari lokasi yang tepat, begitu ada event kami sangat terbantu. Jadi kami sebenarnya perlu event yang ada setiap hari. Selama ini kami harus mencari tempat-tempat untuk berjualan selain di GBK dan Istiqlal setiap akhir pekan. Sedangkan untuk hari biasa kami keliling seperti di Blok M dan Senopati,” katanya.
Meski demikian, Foodtruck Abang Turki terus berupaya menemukan lokasi-lokasi yang strategis dan sesuai dengan target pasar mereka.
Mickey juga menambahkan, selain mempunyai food truck dan bajaj yang siap beroperasi menjajakan kuliner, ia juga mengembangkan restoran yang berlokasi di Kemang Raya 18A dan Jl Gunawarman Nomor 32 Jakarta.
Namun restoran menetap kadang kala perlu promosi juga sehingga ia sekaligus menggunakan mobile restonya yakni food truck dan bajaj untuk menjajakan menu andalannya.
Senada dengan pengalaman Iboy, pemilik food truck kopi dalam menjalankan bisnis tersebut.
“Bisnis ini memang penuh tantangan, terutama dalam hal perizinan dan persaingan. Namun, fleksibilitas dan biaya operasional yang lumayan terjangkau membuat bisnis ini menjadi menarik.”
Fenomena food truck ini tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi bagi para pelaku usaha, tetapi juga memberikan dampak sosial yang positif. Selain itu, food truck juga menjadi media untuk memperkenalkan dan melestarikan berbagai jenis kuliner lokal kepada masyarakat luas.
Bagi penggemar kuliner yang mencari pengalaman yang berbeda dan unik, menikmati menu yang dijajakan oleh para pebisnis food truck tentu layak dijajal.
Selain pengalaman baru yang menyenangkan, mencicipi kuliner food truck merupakan bentuk dukungan bagi para pelaku UMKM dan pebisnis food truck agar usaha mereka terus berkembang.
Sehingga ke depan ada daya tarik wisata kuliner baru yang digerakkan langsung oleh para pelaku UMKM yang kreatif dan inovatif.
*) Penulis adalah penikmat kuliner tinggal di Jakarta, banquet/service Amaris Hotel Pancoran, dan mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta.
Copyright © ANTARA 2024